“ BENTENGAN ” – SEBUAH PERMAINAN ANAK NEGERI


(EVOLUSI PERMAINAN BERAKAR DARI BUDAYA UNTUK MEMBANGUN KARAKTER BANGSA)

Oleh : Aries *

Dolanan bocah atau permainan anak-anak mungkin tidak asing kita dengar, atau kita jalani waktu masa kecil, terutama saat kita memasuki pendidikan formal TK dan SD hingga SMP. Ada goba sodor, dakonan, patel lele ( pukul tongkat ), engkle, bentengan dan beberapa permainan anak-anak kita dulu. Tapi semua itu kini seakan menjadi “Barang “ langka atau bahkan telah lenyap dari pandangan mata.

Entah apa sebab, semua permainan tradisional itu seakan-akan enggan untuk tampil kembali atau sengaja tidak ditampilkan kembali, berganti dengan bentuk-bentuk permainan yang lebih berkarakter individualis, kompetitif dan liberal. Coba kita lihat, arena-arena rental game play station, game online yang berjubel anak-anak seusia SD dan SMP. Bagaimana antusias mereka pada ide-ide permainan elektronik visual tersebut, yang tanpa disadari bisa menjadikan candu. Lebih nyata lagi bahwa kenyataan tersebut telah menjadikan individu-individu yang berkompetisi untuk menjadi pemenang……… ya jadilah bentuk skema nyata antara pemenang dan yang kalah. Lantas, apa yang kemudian hari terbangun bentuk dari anak-anak tersebut dimasa selanjutnya?????????????

Pernahkah kita sadari bahwa game elektronik telah membudaya, dan secara tidak sadar, kitapun telah menyepakati keberadaanya. Lantas kemana dolanan anak-anak buah karya leluhur bangsa yang lebih menitik beratkan untuk membangun karakter budaya dalam kebersamaan??

Mari kita ingat kembali dolanan-dolanan anak-anak tersebut yang telah kita lupakan atau bahkan kita sisihkan. Diantara dolanan-dolanan anak-anak dimasa kita dahulu seperti gobak sodor, dakonan, bentengan, patel lele ( pukul tongkat ) dan sebagainya tadi umpama kita kupas lebih dalam akan memberi makna yang berisi nilai-nilai budaya dan pesan-pesan sosial yang terkandung disetiap permainan yang dilakoni. Kehidupan sosial masyarakat nusantara telah membuat manifestasi besar untuk membangun sebuah bangsa antar kebhinekaan yang ada dalam permainan. Pengingat dari pesan-pesan yang terkandung merupakan gambaran nyata kondisi masyarakat saat itu yang hidup secara bersama ada bergotong royong dan untuk membangun guna melestarikan karakter bangsa dan bernegara.

Bentengan salah satu contoh bagaimana budaya bangsa dijadikan sebagai pendidikan nonformal dalam bentuk permainan. Apa yang terlintas dibenak kita dengan permainan bentengan tersebut. Sesaat dipandang atau diingat, mungkin sekedar permainan adu lari gesit dan taktik semata, tapi pesan-pesan apa yang terkandung didalamnya??.. Mari kita ulas bersama, bentengan dengan kata dasar benteng yang dianalogikan sebagai tempat tinggal atau rumah atau tanah air. Dalam permainan ini harus dilakukan secara berkelompok ( bersama ) mengisyaratkan bahwa manusia untuk hidup selalu dan akan selalu membutuhkan keberadaan orang lain dan orang banyak, begitupun sebaliknya. Salah satu aturan dalam permainan ini adalah bahwa ketika seorang teman tertahan maka teman yang lain punya kewajiban untuk membebaskan karena jika tidak dilakukan maka kelompok tersebut akan kalah.

Bahwa setiap orang punya kewajiban yang sama untuk tujuan yang sama yaitu mempertahankan benteng dan memenangkan permainan harus bekerjasama atau bergotong – royong dalam mencapai tujuannya. Dalam skala besar, kita bisa menari nilai bahwa dalam kondisi apapun juga, sebuah bangsa harus bekerjasama, bergotong-royong mempertahankan tanah airnya dari upaya serangan bangsa luar yang dapat berupa praktek monopoli, kolonialis, dan imperialis (perampasan hak). Sebagaimana pula digambarkan, berlaku juga aturan bagi setiap anak yang baru keluar harus membebaskan anak lain yang lebih dulu keluar atau melindunginya. Pesan moral yang tersirat bahwa setiap generasi yang hadir atau yang baru, memiliki kewajiban untuk memperbaiki dan menata kembali agar lebih baik dari sebelumnya secara bersama-sama dengan generasi sebelumnya. Dari situ kita bisa melihat betapa dalam sebuah permainan yang sederhana terkandung nilai-nilai yang begitu luhur dengan penuh penjiwaan yang tinggi untuk membangun karakter dan jati diri sebuah bangsa….

Saat ini, bangsa ini dan terutama kita sebagai bagian dari bangsa yang besar ini telah jauh atau telah “LUPA” dengan nilai-nilai luhur itu dan secara tidak sadar telah mengubur mimpi dan cita-cita para leluhur dan pendiri bangsa ini. Kita hari ini telah menjadi obyek sekaligus subyek dari permainan- permainan baru dari bangsa asing yang kita telan bulat-bulat, sementara tak pernah berfikir untuk menjaga akan keberadaan permainan- permainan anak-anak yang dulu sebagai sebuah warisan leluhur yang semakin tergerus dengan adanya permainan-permainan baru itu.

Waktu terus berjalan dan tidak ada kata-kata terlambat untuk memperbaiki selagi setiap dari kita menyadari akan kewajiban kita untuk membangun kembali mimpi dan cita-cita anak negeri. Kewajiban kita untuk menyatukan dan menjaga kembali butir-butir kaca yang berserakan untuk disatukan kembali menjadi sebuah atau wadah…. Ya, sebuah wadah yang bisa menaungi kembali sumber-sumber air yang telah tercemari untuk kita saring dan suling kembali agar menjadi bersih kembali.

Budaya-budaya bangsa negeri ini telah banyak terampas dan tergantikan oleh nilai-nilai budaya yang justru bersebangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap bentuk permainan karya bangsa ini.

Mari bangun dan bersadar diri bahwa perubahan adalah keharusan dan kita yang sadarlah yang memiliki kewajiban bagi yang lain, yang sedang “tidur”dalam buaian “mimpi” yang lain.

Salam Pembebasan

* Penulis adalah salah seorang kontributor Perpustakaan Bersama, tinggal di Gresik


Leave a comment