Oleh : Kyand Cavalera
Maret akhir 2012
Hari ini serentak digelar aksi menolak kenaikan harga BBM di seluruh negeri. Mulai dari mahasiswa, buruh, seniman, aktivis, partai, turun kejalan. Sejak kabar tersebut masih berupa wacana, aksi –aksi sudah digelar. Wajar saja imbas dari kenaikan harga BBM akan menaikkan pula harga – harga komoditi lainnya. Sedangkan sudah jadi budaya dinegeri ini pasak selalu lebih besar dari pada tiang.
Aku heran pada Indonesia ini. Sedari kecil aku selalu didongengkan tentang indahnya negeri ini, tentang gemah ripah luh jinawinya, tentang kekayaannya. Pernah juga aku mendengar Koes Plus mendendangkan lagu “ ….kata orang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman…” begitu aku mendengarnya. Tentu saja aku bangga menjadi bagian dari negri ini. Kalau tanah negeri ini kaya, berarti aku sebagai salah satu penghuninya pun kaya. Namun itu hanya sebuah perasaan yang semua terjadi saat aku kecil. Indonesia tak pernah benar – banar kaya, akupun demikian.
Hari ini entah sudah berapa banyak suara yang diteriakkan para demonstran lewat orasinya menolak kebijakan penguasa. Kata – kata lewat teriakan dan spanduk terbentang keluar , panas bak api. Kalau harga BBM naik, SBY – Boediono harus turun , BBM naik, rakyat tercekik, Tolak liberalisasi BBM, dan lain sebagainya. Berkali – kali sudah suara protes menyala di jalanan dan jawaban selalu saja tak pernah mengenakkan. Aku sadar kalau undang – undang di negeri ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan penguasa. Dan definisi penguasa adalah DPR dan Presiden. Pertanyaannya adalah aku, kita, kamu, kalian, selain mereka di sebelah mana? Sekolah mahal, bahan pangan bakal naik, makin miskin saja aku. Ah, aku merasa tertindas dan aku ingin merdeka. Read the rest of this entry »